Dari tahun ketahun masalah narkoba ialah masalah yang tak kunjung teratasi, meski panti rehabilitasi semakin banyak, namun para pecandu narkoba selalu saja bertambah banyak. Masalah narkoba telah menjamur dikalangan para pemuda,memakai narkoba adalah sesuatu hal yang sudah biasa dilakukan. Bahkan pesta narkoba pun sering diadakan untuk melampiaskan keinginan seseat tersebut.
Dalam hal ini saya mencoba mencari informasi melalui mantan pecandu narkoba, sebut saja Rio nama samaran). Dia mengaku bahwa pertama mengenal narkoba melalui temannya. Awalnya dia hanya ikut-ikutan saja, namun lama kelamaan dia menjadi ketagihan walupun belum dalam ketagihan yang berat. Dia mengatakan bahwa seorang pecandu narkoba akan melakukan tindakan apapun asalkan keinginan untuk mengkomsumsi narkoba terpenuhi. Jika dia mempunyai uang, mendapatka narkoba tidak menjadi masalah, namun jika tidak mempunyai uang dia akan melaklakukan apapun. Tak jarang tindakan kriminal pun sering dia lakukan demi mendapatkan narkoba yang diinginkan. Rio memperoleh narkoba dari seorang bandar kecil yang biasa mengedarkan narkoba pada teman-tamannya. Saat membeli narkoba yang diperlukan ialah saling percaya, tentunya selain uang. Dalam hal transaksi, tidak semua orang dapat melakukannya. Para pengedar hanya bertransaksi kepada orang yang sudah dia percaya.
Cerdiknya sang bandar
Ancaman hukuman penjara bagi para pengadar maupun pemakai sepertinya sudah tidak digubriskan lagi. Terutama bagi para pengedar, hukuman mereka lebih berat dari pada hukuman bagi pemakai. Namun karena keuntungan yang didapatkan begitu menggiaurkan, mereka sudah tak tkut lagi. Bahkan seorang bandar pun masih bisa beroperasi walaupun berada dalam penjara. Cerdinya para bandar sering merepotkan kinerja aparat kepolisian yang akan mengungkap jaringan narkoba.
Dalam hal ini saya menemui seorang bandar yang enggan disebut namanya, sebut saja dia Tio. Dia mendapatka narkotika tersebut dari seorang bandar besar yang disembunyikan identitasnya. Dia memesan narkoba tanpa bertemu langsug dengan sang bandar. Biasnya dia memesan melalui kurir atau pun via sms. Uang pembayaran dia krim melalui bank kemudian dia diberikan lokasi tempat narkoba diletakkan. Biasanya narkoba yang dipesan tidak diletakkan di ruang terbuka, melainkan ditempat yang tidak akan terpikirkan oleh orang lain, seperti tong sampah atau pun di celah-celah bangunan.
Dalam hal bertransaksi Tio mempunyai berbagai cara untuk mengelabui polisi. Dalam pengedarannya pun sangat sederhana namun cukup efektif, yaitu dengan cara mulut ke mulut melalui orang yang telah dipercaya. Dia mengaku belum sekalipun tertangkap oleh polisi saat bertransaksi dengan para pelanggannya. Dia sangat berhati-hati saat menerima pesanan. Dia tidak akan menerima pesanan jika perantara tidak dikenalnya. Tidak sembarangan orang dapat bertransaksi kepadanya, dia sangat hati-hati dalam memilih pelanggan. Karena salah memilih pelanggan, resiko yang diterima sangat besar, masuk bui.
Sasaran yang dipilih adalah para pelajar, karena pelajar masih labil, maka dengan mudah dia mempengaruhi mereka. Barang yang ditawarkan dalam bisnis haram ini sangat bermacam-macam, seperti ganja, shabu, inex, putau, etep, heroin. Namun para pelajar lebih suka pada jenis ganja, hal ini dikarenakan harganya lebih terjangkau dibanding jenis lainnya. Pemakaiannya pun ckup sederhana, yaitu dengan cara dihisap seperti menghisap rokok.
Para pengedar narkoba tidak akan mati, hal ini karena para komsumsi narkoba juga semakin bertambah banyak. Inilah membuat para pengedar semakin bergairah menggeluti bisnis haram ini. Selain hal itu, bisnis ini juga dianggap paling instan dalam mendapatkan keuntungan.
Jaringan para pengedar sangatlah rapi, tak heran polisi sangat sulit melacak kaberadaan para bandar. Bandar besar tidak akan melakukan trasaksi secara terang-terangan, dia akan bertransaksi melalui kurir ataupun via sms. Hal ini yang membuat jaringan narkoba ini terorganisir secara rapi.
Generasi bangsa
Narkoba sebenarnya adalah obat penenang bagi para penderita sakit jiwa. Namun para oknum tak bertanggung jawab menyalahgunakan obat tersebut untuk meracuni para generasi bangsa. Hebatnya lagi, para generasi bangsa menerima racun itu dengan terbuka, mereka lebih bangga ketika memakai narkoba. Mereka merasa hebat dimata teman-temannya, padahal sebenarnya mereka telah membunuh drinya sendiri secara perlahan-lahan. Namun mereka juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya, mereka melakukan ini karena mereka menginginkan perhatian dari orang lain ataupun teman-temannya. Kurangnya pengawasan dari orang tua merekalah yang membuat mereka nekat terjun kedalam dunia hitam. Pesta, foxa-foya, bermabuk ria adalah cara untuk melupakan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka merasa tidak diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan berbagai urusan pekerjaan, sehingga mereka cenderung melakukan hal-hal yang menantang untuk menarik perhatian orang tua mereka.
Perhatian dan kasih sayang orang tua adalah faktor yang paling utama untuk mencegah anak-anak agar tidak terjun bebas dalam dunia narkoba. Selain itu pengawasan yang cukup untuk anak-anak juaga sangat penting, karena pengawasan dari pemerintah sepertinya tidak cukup untuk mengendalikan para pecandu narkoba.
Sebagai generasi bangsa yang diandalkan untuk memimpin negara Indonesia tercinta ini, harus lebih cerdas dalam mengambil prinsip bahwa hidup akan lebih menyenangkan tanpa narkoba. Hidup akan lebih bermakna, kita tidak akan dihantui perasaan bersalah dan ancaman berbagai penyakit yang mematikan. Memang sabagai darah muda selalu menginginkan kebebasan, namun alangkah lebih baiknya jika kebebasan itu diterapkan dalam kegiatan yang positif. Apa yang akan terjadi jika generasi bangsa yang diandalkan adalah para pecandu narkoba? Mau dibawa kemana negeri ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar